BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1
Tinjauan Budaya Banten
3.1.1
Tinjauan Provinsi Banten dan Kabupaten Tangerang Banten merupakan empat daerah yaitu, Kapupaten dan Kotamadya
Tangerang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandegelang, dan Kabupaten Serang. Pada zaman kerajaan Islam, Wilayah Kerajaan banten dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam, setelah kerajaan Islam Demak. Dalam dunia perdagangan, Banten dikenal pula sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang dihasilkan dari wilayah Banten sendiri maupun yang didatangkan dari wilayah Lampung dan Sumatera. Banten sebagai pelabuhan sudah dikenal dan mulai dikunjungi oleh para pedagang yang datang dari seluruh Asia sampai Eropa sejak abad ke XII, pada zaman Kerajaan Hindu Padjadjaran (Asmara, 1995, p.38). Kabupaten Tangerang terkenal sebagai wilayah daerah penghasilan barang-barang kerajinan yang terbuat dari anyaman bambu dan pandan, berupa topi bambu maupun topi pandan, dan tikar maupun karpet pandan. Pusat pengrajin yang cukup terkenal pada waktu itu terdapat di Kecamatan Curug, Cikupa, Balaraja, Pasa Kemis, Tigaraksa, dan Ciputat. Sekarang hasil kerajinana bambu yang jadi ciri khas industri rakyat di wilayah daerah Kebupaten Tangerang sudah sangat sulit ditemukan. Padahal kerajinan rakyat, topi anyaman bambu ini merupakan satu-satunya cinderamata khas Tangerang. Kerajinan rakyat yang masih ada dan bertahan hingga kini pembuatan anyaman dari daun pandan; baik berupa topi, tikar maupun karpet (Asmara, 1995, p.39).
3.1.2
Masyarakat Suku Baduy Kabupaten Banten memiliki masyarakat yang hingga kini tidak mengenal
kebudayaan mesin yang modern, mereka tetap berpegang teguh pada kebudayaan sendiri. Masyarakat pedalaman suku Baduy merupakan salah satu kelompok suku pedalaman di Indonesia yang sejak ratusan tahun secara turun-temurun hidup di lingkungan hutan, terpencil dari lingkungan luar. Kehidupan akrab dengan alam, mengikuti waktu dan tanda-tanda alam. Hidup mereka sangat akrab dengan alam yang berbukit-bukit , berhutan lebat, bertebing terjal, dan bersemak seluakar. Dan hampir tidak pernah tersentuh oleh perkembangan jaman modern. Suku pedalaman masyarakat Baduy mendiami daerah Kanekes, yang secara administratif kepemerintahan dapat disamakan dengan sebuah desa. Mereka mendiami kawasan wilayah suaka cagar budaya alam seluas 500 hektar. Desa Kanekes terbagi dalam 36 kampung yang satu sama lain berjauhan letaknya, dipisahkan oleh bukit-bukit dan gunung. Orang-orang dari luar Kanekes tidak diijinkan untuk mendiami daerah tersebut, karena daerah Kanekes dianggap sebagai kawasan wilayah tanah titipan, yaitu tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak tidak boleh diakui sebagai hak milik pribadi. Suku Baduy dianggap masyarakat yang menutup diri karena mereka memilki sistem pemerintahan dan organisasi sosial sendiri dengan pemimpin masyarakat dan agama yang disebut Puun. Sistem administrasi pemerintah yang berlaku di Indonesia pada umumnya ditolak oleh mereka secara halus, meskipun daerah tersebut termasuk ke dalam kecamatan Leuwidamar. Daerah Baduy terdiri dari dua bagian utama, yaitu dearah Baduy Dalam
yang terdiri dari tiga buah kampung dan Baduy Luar yang terdiri dari 33 buah kampung (Affendi, 1995, p.145-146). 3.1.2.1 Pakaian Suku Baduy Suku Baduy apik dan mengerti tentang pakaian yang dikenakan sehari-hari terhadap kebersihan dan kesehatan karena pakaian merupakan salah satu ciri yang memberikan
jiwa
dalam
kehidupan
orang
Baduy,
sebagai
cerminan
kesederhanaan, kepolosan, keterbukaan dan ketulusan hati. Suku Baduy Dalam berpakaian serba putih, lengkap dengan ikat kepala putih yang bahannya harus terbuat dari tenunan kapas murni. Potongannya tidak dijahit dengan mesin tanpa saku ataupun kancing. Modelnya hanya dicoak pada bagian leher tanpa menggunakan leher baju atau krah dan berlengan baju panjang. Pakaian bagi suku Baduy Dalam punya banyak arti, dari warna sampai potongannya dapat mencerminkan jiwa dan perilaku pemakainya. Suku baduy Luar busananya berwarna hitam kebiruan yang arti harfiahnya menandakan suku Baduy Luar sudah terpengaruh oleh kehidupan luar, sedangkan Baduy putih yang artinya masih suci, belum terpengaruh kehidupan luar.
Gambar 3.1 Pakaian Suku Baduy Sumber : http://nusantara.asia/jawa/banten/wisata-alam-dan-budaya-suku-baduy/, akses 31. Jan. 2012
Motif tenunan kain Baduy sangat sederhana, terutama pada tenunan kain
sarung yang berwarna biru tua atau hitam itu hanya bermotif polos atau hanya dihiasi motif kotak-kotak tipis berwarna putih. Selendang yang berfungsi untuk pengikat sarung dan selalu dipasang di balik lipatan sarung memiliki beraneka warnanya, selain warna hitam putih polos, juga ada yang bermotif geometris, merah, biru atau putih (Affendi, 1995, p.147-148).
Gambar 3.2 Tenunan Kain Sarung Suku Baduy Sumber : Affendi, p.147
Gambar 3.3 Tenunan Kain Selendang Suku Baduy Sumber : Affendi, 1995, p.146
3.1.2.2 Perumahan Suku Baduy Seluruh bangunan rumah tinggal suku Baduy menghadap ke utara-selatan dan saling berhadapan. Berdasarkan adat mereka, rumah tinggal tidak diperkenankan menghadap ke arah barat dan timur. Mereka tidak berusaha mengubah keadaan dan kondisi lahan yang ada untuk membangun tetapi berusaha
memanfaatkan dan meyesuaikan sehingga permukiman yang kesatuan dari alami tercipta dengan berdiri berumpak-umpak mengikuti kontur atau kemiringan tanahnya. Dengan konsep perancangan yang mengikuti kontur alam, bangunan rumah tinggalnya berbentuk rumah panggung dengan tiang penyangga masingmasing bangunan memiliki ketinggian berbeda-beda. Pada bagian tanah yang datar atau tinggi, tiang penyangganya relatif rendah. Adapun pada bagian yang miring, tiangnya lebih tinggi. Tiang-tiang penyangga tersebut bertumpu pada batu kali agar kedudukannya stabil.
Gambar 3.4 Rumah Tingga Suku Baduy Sumber : humaspdg.wordpress.com/2010/05/02/mengenal-arsitektur-rumah-adat-baduy/, akses 31 Jan 2011
Rumah tinggal suku Baduy menggunakan cara membangun dengan knock down dan siap pakai, yang terdiri dari beberapa rangkaian komponen. Selanjutnya, komponen-komponen tersebut dirakit atau dirangkai dengan cara diikat menggunakan tali awi temen ataupun dengan cara dipaseuk karena alat paku dilarang digunakan. Teknik tersebut bisa memperkuat karena kedua kayu yang disambungkan lebih menyatu, terutama ketika kedua kayunya sudah mengering. Bangunan rumah tinggal suku Baduy dapat menahan gempa bumi karena konstruksinya bersifat fleksibel dan elastis dengan menggunakan komponenkomponen seperti bilik (dinding), rarangkit (atap), dan palupuh (lantai) hanya
sekadar diikat atau dijepit pada bambu atau kayu konstruksi.
Gambar 3.5 Rumah Tinggal Suku Baduy Sumber : http://farm3.static.flickr.com/2560/3703224909_f0ebd8d3e5_z.jpg, akses 31 Jan 2011
Mereka tidak memiliki tempat tidur khusus, tetapi hanya menggunakan tikar. Alas tersebut digunakan hanya sewaktu tidur, setelah itu dilipat kembali dan disimpan di atas rak. Cara tersebut menunjukkan bahwa kegunaan imah sangat fleksibel dan multifungsi. Di sekeliling ruangan imah terdapat rak-rak untuk menyimpan peralatan dapur dan tikar untuk tidur (Lupias, 2010).
3.2
Tinjauan Budaya Korea
3.2.1
Geografi Korea terletak di Semenanjung Korea, yang membentang sepanjang 1.100
kilometer dari utara ke selatan. Semenanjung Korea berada di bagian timur laut benua Asia, di mana perairan Korea bertemu dengan bagian paling barat Samudra Pasifik. Semenanjung ini berbatasan dengan Cina dan Rusia di sebelah utara. Korea memiliki gunung-gunung serta sungai-sungai dengan pemandangan indah. Sejumlah besar sungai dan anak sungai memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk gaya hidup masyarakat Korea dan dalam proses industrialisasi Korea (Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008, p.14).
3.2.2
Iklim Korea memilki empat musim yang berbeda. Musim panas memiliki udara
panas dan lembab, sedangkan pada musim dingin udara terasa dingin dan kering dengan jumlah salju yang sangat banyak. Suhu udara berbeda cukup jauh antara satu daerah dengan daerah lainnya di Korea, dengan suhu rata antara 6ºC dan 16ºC (Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008, p.17).
3.2.3
Budaya dan Seni Dasar dari kesenian dan kebudayaan Korea adalah identitas bangsa Korea
yaitu, gabungan sifat-sifat penduduk benua dengan penduduk kepulauan. Selama berabad-abad, bangsa Korea telah berinteraksi dengan kebudayaan benua Asia sehingga menjadi tempat bagi agama-agama dan tradisi-tradisi besar dari wilayah Asia yang lain. Mereka telah mengembangkan suatu budaya tersendiri yang berbeda yang penuh semangat, optimistik namun sentimental (Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008, p. 140).
3.2.4
Perumahan Rumah tradisional Korea adalah Hanok yang memiliki bentuk yang tidak
berubah dari masa Tiga Kerajaan sampai akhir periode Dinasti Joseon (13921910). Hanok digunakan sistem pemanasan bawah lantai khas Korea yaitu Ondol. Asap dan panas yang dihasilkan oleh kompor-kompor dapur di atas tanah disalurkan melalui pipa asap yang dibangun di bawah lantai. Sistem pemanasan Ondol digunakan hingga kini pada perumahan bergaya modern dengan
perkembangan bahan dan teknik sesuai dengan kehidupan masyarakat sekarang. Bahan baku utama rumah-rumah tradisional adalah tanah liat dan kayu. Tanah liat digunakan pada lantai, dinding dan genteng yang bernama Giwa. Hanok dibangun tidak menggunakan paku namun kayu-kayunya disatukan menggunakan pasakpasak kayu (Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008, p. 223).
Gambar 3.6 Rumah Tradisional Korea Hanok Sumber : www.han-style.com/hanok, akses 31 Jan 2011
3.3 Tinjauan Proyek 3.3.1
Lokasi Takara Golf Resort Perencanaan interior golf clubhouse ini berlokasi di Tigaraksa, Tangerang,
Banten, Indoneisa. Batas-batas wilayah Kabupaten Tangerang, di bagian utara Laut Jawa, di bagian selatan berbatasan dengan wilayah daerah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak. Tangerang sendiri berjarak 25 km dari Jakarta Barat. Sedangkan di bagian timur berbatasan dengan wilayah daerah Kabupaten Serang dan di bagian baratnya dengan wilayah Daerah Khusus ibu Kota Jakarta Raya. Sebagian besar wilayah daerah yang ada di Kabupaten Tangerang ini adalah daerah agraris, sedangkan wilayah daerah yang berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah daerah industri. Tangerang memiliki luas wilayah 1100 km2 dan berdasarkan sensus
penduduk tahun 2005, tercatat kepadatan penduduk mencapai 3,080,230 jiwa yang mendiami 26 kecamatan.
Iklim daerah ini memiliki dua musim, yakni
musim kemarau dan hujan dengan suhu berkisar antara 23,5 s/d 32,6 dan kelembaban udara 72 s/d 85 persen sehingga tanaman tropis dapat berkembang dengan subur di tempat ini.
Gambar 3.7 Peta Kabupaten Tangerang Sumber : www.wisatabanten.com, akses 31 Jan 2011
3.3.2
Data Fisik : Takara Golf Resort Takara Golf Resort merupakan sebuah golf resor yang selesai dibangun
tahun 1983 dengan luas bangunan mencapai 3000 m2. Takara Golf Resort berlokasi di tengah perumahan dan sawah yang bebas dari polusi udara di desa Tigaraksa, Tangerang. Dalam kondisi kenyataannya, fasilitas-fasilitas sebuah golf resor sangat tidak memadai dan tidak layak dipakai sebagai tempat untuk
mendukung
aktivitas pemain golf. Akan tetapi hasil perancangan desain interior dibuat oleh penulis akan digunakan dalam mengerjakan proyek ini.
3.3.3
Keadaan Arsitektur : Takara Golf Resort Eksterior bangunan berbentuk dengan bergaya arsitektur modern. Struktur
bangunannya dibuat sederhana dengan menggunakan batu bata, besi dan semen. Arsitektur bangunan pun dibuat sangat standar tanpa didesain secara khusus. Kondisi arsitekturnya sangat standar dan tidak terawat dengan baik lagi. Bangunan ini dikelilingi oleh pohon-pohon untuk membantu menciptakan suasana yang harmonis dengan golf course.
Gambar 3.8 Eksterior Takra Golf Resort
3.3.3.1 Penampilan Bangunan Pintu utama terletak pada tengah-tengah bangunan digunakan sebagai lobby penerima. Pintu utama ini menuju ke ruang publik, yaitu lobby, resepsionis dan lounge merupakan ruang terbuka yang dapat memasukkan banyak cahaya dan pertukaran udara dengan menggunakan pintu roll yang digulung ke atas. Dalam hal ini, dapat menghemat energi karena dapat memanfaatkan pencahayaan alami dan penghawaan alami pada siang hari.
3.3.4
Data Ruang Interior : Takara Golf Resort (Perancangan penulis)
3.3.4.1 Kebutuhan Ruang 1)
Bag drop area (pintu masuk)
2)
Lobby
3)
Resepsionis
4)
Lounge
5)
Business center
6)
Proshop
7)
Restoran
8)
Banquet
9)
Start lobby
10)
Locker – pria dan wanita
11)
Refleksi
12)
Kantor
13)
Dapur