Rabu Abu No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
Oleh, Uskup Mar Nicholas H Toruan, CKC
Gereja Nasrani Indonesia (GNI) Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
Rabu Abu, hari berpuasa, adalah hari pertama Puasa dalam Kekeristenan Barat. Ini berlangsung selama 46 hari (40 hari puasa, ada 6 Minggu, tidak puasa) sebelum Hari Kebangkitan dan bisa jatuh awal tanggal 4 Februari atau paling lambat 10 Maret. Rabu Abu dirayakan oleh Kekeristenan Barat, termasuk Gereja Roma Katolik, Lutheran, Methodist, Anglikan, Presbiterian, Gereja Katolik Lama, Gereja-gereja Katolik Ortodoks Independen.
Menurut Injil kanonis Mattai, Marqos dan Luqa, Maran Eashoa Meshiha menghabiskan waktu berpuasa 40 hari di padang gurun, di mana Ia bertahan terhadap godaan Setan. Puasa awalnya dilihat dari sini, berpuasa 40 hari sebagai persiapan untuk Hari Kebangkitan. Setiap Minggu (Hari Pertama) dilihat sebagai peringatan Minggu Kebangkitan Meshiha. Bagi Jemaat Nasrani Katolik Ortodoks berpuasa mulai Senin sampai Jumat (5 Hari): Sabat dan Minggu dilarang berpuasa, sebab Dua Hari itu adalah Hari yang dikuduskan. Masa puasa ada 8 pekan sehingga 40 hari sudah termasuk 2 x 8 = 16 hari tidak puasa (Sabtu – Minggu), sehingga efektifnya 40 -16 = 24 hari saja. Asal usul nama Rabu Abu berasal dari praktek pemberkatan abu yang terbuat dari daun pohon Palem yang diberkati pada Pekan Palem tahun sebelumnya, dan dioleskan di kening partisipan disertai ucapan, "Ingatlah bahwa engkau adalah debu dan engkau akan kembali kepada debu, tapi roh hidup selama-lamanya."- (Archbishop Mar John Cuffe. Ritual. Basic Theology, pp.235. St.Basil Theological College, Australia:2006)
Gereja – gereja Ortodoks Timur tidak punya kesejajaran terhadap Barat perihal tradisi ibadat abu pada awal Puasa. Ini tradisi gereja Barat yang dikembangkan secara independen, melalui perkembangan sejarah untuk memahami Masa Sengsara Meshiha di Salib. Page 2- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
Sebaliknya, Puasa Gereja Ortodoks Timur Puasa mulai dengan dua pekan Pra-Puasa, dikembangkan sekitar Minggu Pemungut Cukai dan Farisi, Minggu Anak Hilang, dan Minggu Penghakiman Akhir sesuai kalender yang mereka pakai (Kalender Julian), yang mulai menata atmosfir bagi kedatangan melalui peringatan berbagai peristiwa alkitabiah dan contoh-contoh kerendahan hati, pertobatan, dan penghukuman atas dosa. Selama periode ini, Pra-Puasa, selama pekan berikutnya masa puasa tidak mengkonsumsi makanan daging dan kemudian produk hewani untuk masa puasa. Apa dan Bagaimana Puasa dalam Jemaat Nasrani Katolik Ortodoks Indonesia dilakukan? Jika dilihat dari penanggalan Enokian, maka masa puasa jatuh pada tanggal 25 Februari 2015 (17 Shinesro 5776), dan berakhir pada 22 April 2015 Rabu Agung – Kematian Yeshua di Salib. (Kekristenan umumnya merayakan Jumat Agung, dengan mengadopsi kematian Ilah Mithra sebagai Jumat Agung). Tradisi Nasrani Perayaan Puasa 40 Hari berdasarkan tradisi Nasrani Yahudi dengan pemahaman sebagai berikut:
Pertama, 40 Hari Puasa adalah pengenangan 40 hari Yeshua menghabiskan waktu-Nya di padang gurun. Puasa 40 Hari ada kesamaan dengan Gereja – gereja Barat ("Lent") tetapi ini tepatnya tidaklah tepat sama. Pada intinya, berpuasa 40 hari punya banyak lagi persamaan dengan Puasa – puasa budaya Semitik. Puasa dengan arti sepenuhnya adalah puasa dari terbitnya matahari hingga tenggelamnya setiap hari dengan berhenti dari makan dan minum.
Gereja-gereja Barat yang merayakan Puasa, membatasi sejumlah makanan dan memperbolehkan lainnya. Puasa ini adalah kesempatan besar bagi orang secara fisik dan spiritual.
Jika anda tidak pernah melakukan secara serius, dalam puasa jangka panjang sebelumnya, cobalah mulai dilakukan saat ini. Jika anda punya masalah kesehatan ini bisa memperburuk keadaan saat anda berhenti mengkonsumsi asupan dan minuman yang dibutuhkan tubuh, maka berpuasalah saat anda sehat.
Jika anda baru pertama kali berpuasa, cobalah untuk melakukan puasa jangka panjang ini bisa menjadi suatu tantangan tapi jangan pernah punya sikap dengan berpikir bahwa ada puasa "Lulus/Batal" saat anda sedang berpuasa. Anda boleh saja berniat berpuasa sempurna, tapi boleh jadi gagal dan makan atau minum sesuatu saat sedang jam - jam puasa. Jangan risaukan atau merasa bersalah perihal ini! Tak jadi soal! Anda tak berbuat hal yang salah karena ketidaksengajaan. Page 3- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
Perjuangan anda berpuasa lebih dan lebih baik lagi dan ada sedikit orang yang bisa berpuasa sempurna. Kebanyakan orang akan perlu latihan sedikit demi sedikit saat mulai puasa, mulai dengan mengurangi pola makan dan minum.
Pada saat puasa komitmen rohaniah yang difokuskan. Melakukan ini selama 40 hari dengan berfokus pada Iman anda, bacalah kitab suci lebih banyak dari porsi biasanya, waspadai tutur kata dan pikiran anda setiap saat anda harus berjalan bersama Alaha. Jika ada yang mengalihkan perhatian dari Alaha maka lebih fokus lagi kepada-Nya.
Jika anda punya anak-anak, pastikan ia sudah cukup umur untuk berpuasa. Jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, sudah bisa diajak berpuasa. Jika anda punya anak-anak kecil, jangan suruh mereka berpuasa atau jika mereka ingin berpartisipasi, pilihlah makanan tertentu yang mereka tidak akan makan selama masa puasa sehingga mereka bisa merasakan turut berpartisipasi juga. Jangan menempatkan harapan yang tak realistis apa yang anda harus lakukan terhadap keluarga dan diri anda sendiri. Anda harus tumbuh kembang secara bertahap menjadi kebiasaan yang sehat sehingga anda bisa melakukan pada tahun depan lagi. Apakah puasa itu wajib bagi semua orang Nasrani (Mshikhanim)?
Sekelompok orang berpikir bahwa ibadat puasa tidak perlu, akan tetapi, sikap mereka ini jauh sebelumnya sudah ada tulisan Kristen yang menentang pendapat mereka ini.
Kita tahu bahwa Meshiha melaksanakan ibadah puasa (Mattai 4:2); kita tahu bahwa Rasul-rasul (Shlikhim) melaksanakan puasa mingguan dan puasa pada perayaanperayaan tertentu (Kisah 13:2). Maka, jika memang begitu, mengapa tidak semua orang Kristen melaksanakan ibadah puasa, masa kini? Puasa dalam praktek Yahudi berarti berhenti dari semua makanan dan minuman, termasuk air. Kelompok Kristen Ortodoks Timur masih melaksanakan ibadah puasa mingguan dan pada perayaan tertentu. Bagi orang Kristen Ortodoks, puasa dilakukan dalam waktu yang bervariasi (tak ada aturan baku) mereka berhenti mengkonsumsi bahan makanan yang terbuat dari produk hewani, minyak zaitun (atau semua minyak makan, sesuai dengan beberapa tradisi-tradisi Ortodoks), anggur dan alkohol.
Dalam Gereja Barat (Roma Katolik, Anglikan, Lutheran, Katolik Lama, Katolik Ortodoks Independen, dan Presbiterian) berpuasa dilakukan dengan cara mengurangi makanan dan minuman seseorang (yang barangkali berisi daging) dan dua makan kecil disebut “kolasi” (tarak), yakni hanya makan pagi dan malam. Makanan makanan lengkap dan banyak diantara kedua waktu makan tersebut dilarang. Berpuasa diwajibkan bagi orang beriman pada hari-hari tertentu dan total menghindari bahan makanan terbuat dari daging sepanjang hari puasa itu. Diperbolehkan makan daging sedikit saja selama masa puasa yang ditentukan.
Page 4- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
Kekristenan Reformasi Protestantisme pada umumnya, puasa tidak dilihat sebagai bagian yang wajib dilakukan. Puasa itu dipandang sebagai praktek asketikisme (mati raga) yang tidak perlu bagi Keselamatan, oleh karena itu tidak wajib. Apakah Nasrani berpuasa?
Jawabannya adalah “Ya.” Kaum Nasrani Katolik Ortodoks selalu dikenal sebagai orang yang taat mengerjakan syariat keagamaan mereka. Kebanyakan orang Kristen di Barat tidak mengerti bahwa konsep puasa Semitik bukanlah proses 24 jam sehari. Cara berpuasa sama dengan berpuasa kaum Islam saat ibadah puasa Ramadhan, dan kaum Iman Baha’i termasuk semua jenis makanan dan air sejak dari mata hari terbit hingga terbenam (dalam Yudaisme, umumnya aturan buka puasa dilaksanakan kira-kira 40 menit setelah mata hari terbenam, tetapi hal ini bervariasi tergantung lokasi dan hitungan waktu tiap tahunnya).
Apakah, MarYah Yeshua berhenti total makan dan minum selama 40 hari dan 40 malam berurutan 24 jam sehari, atau apakah Dia melaksanakan tata cara berpuasa Semitik tradisional adalah tidak diketahui dengan jelas, namun, sebagaimana kita ketahui bahwa Yeshua adalah pelaksana ibadat-ibadat Yahudi yang ketat, ada alasan dipercaya bahwa hal ini masih sah selama 40 hari berpuasa-Nya. Juga, cara puasa tersebut sangat ketat dalam Yudaisme dan Nasrani Awal bahwa anda tidak berpuasa pada Hari Sabat. Saat berada di bumi ini, Yeshua adalah seorang penghayat Torah, dan mengejawantahkan ini dalam disiplin keagamaan-Nya. Orang-orang Nasrani dan Kristen Awal tidak mengabaikan hal ini, tetapi ditandaskan bahwa pada Hari Tuhan (Hari Pertama – Minggu) tidak seperti hari lainnya di mana orang-orang percaya dilarang berpuasa.
Juga, dalam Kitab Limudah (Didakhe) kita diberitahu bahwa orang-orang percaya diajak berpuasa 2 hari selama sepekan: Hari Rabu, sebagaimana kaum Nasrani percayai dengan sungguh bahwa Mshikha ditangkap, didakwa, disiksa dan disalibkan pada hari Rabu. Inilah alasannya mengapa kita berpuasa Hari Rabu kita melakukan puasa bagi pengenangan kasih Masa Sengsara dan Penyaliban Maran.
Hari lainnya dari tiap pekan kita melakukan puasa pada Hari Jumat. Karena kaum Nasrani, kita menganut paham konsep Nasrani kuno, hari ini adalah Hari Persiapan sebelum Sabat, pada hari itu semua orang harus menunjukkan kasih dan hormat mereka terhadap Alaha Pencipta. Pada tahun-tahun kemudian, beberapa kelompok sekte-sekte Kekristenan di Barat, mulai awal tahun 300-an setelah Kenaikan Yeshua Mshikha bar Alaha ke Sorga, telah menghapuskan referensi hari Persiapan, dan malahan memisahkan Hari Sengsara dalam seminggu. Mengatakan Yeshua Mshikha ditangkap pada Hari Rabu dan disalibkan pada Hari Jumat; hal-hal itu tidak bisa disokong oleh siapapun. Jika referensi pada “Hari Persiapan” bagi Hari Sabat tetap memiliki efek, hari itu tentunya akan menjadi jelas bahwa Sabat adalah wajib bagi semua orang. Page 5- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
Disebabkan kaum Nasrani selaras dengan Orang-orang Nasrani Yahudi, jelaslah mereka melakukan tata cara berpuasa menurut bentuk Semitik. Kita sebagai kaum Nasrani seharusnya setia, jika kita belum melaksanakannya, maka pelaksanaan ibadah puasa mingguan dan masa perayaan tertentu adalah bersifat wajib. Kita harus:
Berpuasa pada setiap Hari Rabu - (Matahari terbit 40 menit setelah Matahari terbenam), Berpuasa setiap Hari Jumat (Matahari terbit 40 menit setelah Matahari terbenam)
Ini juga dilaksanakan selama masa hari-hari puasa menyambut Paskah (Saum) dan semua perayaan-perayaan keagamaan lainnya, terkecuali Hari Sabat, dan Hari Maran. Di mana kita dilarang berpuasa. Tidak ada pernyataan definitif bagi kaum Nasrani apakah kita harus berhenti sepenuhnya dari semua makanan dan air. Ada tulisan-tulisan kuno yang mengatakan bahwa kaum Nasrani harus berhenti makan daging selama 152 hari setahun. Hal ini akan cocok dengan masa puasa-puasa ibadat keagamaan. Maka, apakah anda menganut paham berpuasa Yahudi tradisional dengan cara berpantang makanan dan air, atau hanya bertarak dari bahan makanan terbuat dari daging atau lainnya, yang lebih penting ditekankan di sini anda harus konsisten (berpendirian tetap) dalam praktek keagamaan anda. Marilah kita ingat ayat ini dari Kitab Bilangan:
"Ketika seorang laki-laki mengucapkan janji untuk memberikan sesuatu kepada MarYah atau mengangkat sumpah untuk berhenti dari sesuatu, janganlah dia ingkar sumpah janjinya, tetapi haruslah dia melaksanakan segala sesuatu yang dia telah ucapkan dia wajib laksanakan.” – (Kitab Bilangan 30:2) Mshikha adalah segalanya tetapi Dia adalah Tuan Pemberi Tugas yang kejam. Jika anda tak pernah berpuasa sebelumnya dan anda mengalami kesulitan, tentu saja, Alaha akan mengerti anda. Jika anda tak mampu melaksanakan puasa dengan sempurna, tentu saja Mshikha akan mengampuni anda (jika anda meminta). Jika anda tak bisa sama sekali melaksanakan dengan sejuta alasan apa saja, Alaha sudah tahu lebih dahulu. Namun, jika niat anda melakukan puasa untuk penampilan kesalehan luar, atau tidak berpuasa, karena anda tak ingin merasa terganggu, Alaha tahu juga hal ini, dan akan ditentukan apakah orang ini dan itu sebagai hamba yang setia atau tidak. Berpuasa merupakan bagian dari kehidupan keagamaan kita sebagai Doa. Puasa merupakan kesempatan kita untuk mengatakan kepada Alaha kita mengerti bahwa:
Page 6- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
"Tidak hanya dengan roti saja manusia hidup, melainkan oleh semua kata-kata yang keluar dari mulut Alaha" (Mattai 4:4 ) Tradisi – tradisi Terkait dengan Masa Puasa Sesungguhnya kata "Saum" (Masa Puasa) bukan kata khusus digunakan oleh Nasrani, tetapi kata ini bisa diterima jika digunakan di Barat. Frasa kata digunakan oleh kebanyakan kaum Nasrani adalah sederhana, "40 Hari Masa Puasa". Saum adalah periode 40 hari sebelum kita menjalani Pesakh. Secara tradisional hanya satu kali makan penuh per-hari dimakan dan ini dilakukan setelah mata hari terbenam. Makanan ringan, makanan sehat disajikan bagi sarapan pagi. Semua daging, produk susu, telur, dan minuman beralkohol dilarang keras. Kebanyakan makanan selama masa 40 hari terdiri dari sereal, makanan gandum, roti dan sayuran. Bahan sayuran berbiji dan kacang-kacangan dan kacang diijinkan. Juga semua produk yang berasal dari daging dilarang. Bumbu-bumbu penyedap rasa (garam, merica, dan bumbu rempah-rempah lainnya) diijinkan. Pada satu masa beberapa komunitas melarang merebus tetapi ini adat istiadat khusus lokal saja. Kebanyakan kaum Nasrani hanya makan roti dan minum air putih selama 40 hari. Mereka yang sedang menjalani perawatan kesehatan larangan makanan tersebut di atas diijinkan untuk dimakan. Mereka yang karena alasan kesehatan harus makan lebih dari satu kali sehari diijinkan untuk makan.
Tradisi – tradisi lainnya: Salib yang ada patung ukiran yang diletakkan di tengah mezbah ditutupi dengan kain ungu. Pakaian baru dan sepatu baru tidak dibeli selama puasa 40 hari. Perjalanan – perjalanan jauh tidak dilakukan kalau bisa hanya melakukan satu kali perjalanan selama 40 hari. Kosmetik tata rias wajah biasanya tidak digunakan (wewangian diijinkan). Perhiasan khususnya disimpan selama 40 hari. Rohaniawan memakai jubah hitam dengan stola abu - abu sementara itu Diakon memakai jubah abuabu dengan stola abu-abu mereka seperti biasanya. Tallit tidak dibentangkan di luar rumah atau kumpulan jemaat. Pakaian dengan kancing-kancing juga tidak dipakai atau paling tidaknya pakaian dengan kancing – kancing berkilauan tidak dipakai. Kain karung biasanya diikatkan pada pintu depan rumah (atau pada pegangan pintu). Pada komunitas-komunitas zaman kuno tanda ini menunjukkan kepada orang – orang tak percaya yang akrab dengan praktek-praktek umat ini, tidak membawa makanan ke dalam rumah ketika datang berkunjung (ini lebih baik dari pada menjadi malu dengan mengatakan kepada individu bahwa niat baik mereka tidak bisa dipenuhi dan melukai perasaan hati mereka). Kebanyakan tradisi – tradisi ini dilakukan dengan sikap rendah hati.
Page 7- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
Latar Belakang sejarah Rabu Abu Penggunaan liturgis abu berasal dalam zaman Perjanjian Lama. Abu melambangkan ratapan, kefanaan dan pertobatan. Contoh, dalam Kitab Esther, Mordekai mengenakan baju karung dan melumuri dengan debu ketika ia mendengar titah Raja Ahasuerus (Xerxes, 485-464 S.M.) dari Persia untuk membunuh orang Yahudi di Kerajaan Persia (Esther 4:1). Ayub (yang ceritanya dituliskan antara abad ke- 7 dan ke-5 S.M.) bertobat dalam baju karung dan abu (Ayub 42:6). Menubuatkan pembuangan Yerusalem ke Babilonia Daniel (sekitar 550 S.M.) menulis, “aku berbalik kepada MarYah Alaha, memohon dengan sangat dalam doa-doa, dengan berpuasa, memakai pakaian karung dan abu” (Daniel 9:3). Pada abad ke-5 S.M., pewartaan nabi Yunus terjadi pertobatan dan perubahan, kota Niniweh menyatakan berpuasa dan memakai kain karung, dan raja menutupi dirinya sendiri dengan kain karung dan duduk di atas abu (Yunus 3:5-6). Contoh-contoh Perjanjian Lama ini bukti praktek yang diakui menggunakan abu dan pemahaman umum merupakan lambang. MarYah Yeshua sendiri menyebutkan referensi mengenai abu Merujuk kepada kotakota yang menolak bertobat dari dosa meskipun mereka telah menyaksikan mujizatmujizat dan mendengar Injil, Maran kita berkata, “Jika mujizat-mujizat terjadi padamu yang terjadi di Tyre dan Sidon, mereka berkabung dengan memakai kain karung dan abu dahulu.” (Mattai 11:21). Jemaat awal terus menggunakan abu untuk alasan-alasan lambang yang sama. Dalam bukunya, De Poenitentia, Tertullian (160-220) menandaskan bahwa petobat harus “hidup tanpa bersukacita dalam pakaian karung yang gatal dan abu yang jorok.” Eusebius (260-340), pakar Sejarah gereja awal, mencatat perihal ini dalam Sejarah Gereja bagaimana seorang murtad yang dinamai Natalis datang kepada Paus Zephyrinus memakai kain karung dan menaburkan abu memohon pengampunan. Juga selama masa ini, bagi mereka yang diwajibkan melakukan pertobatan umum, imam menaburkan abu di kepala orang yang melakukan pengakuan dosa.
Pada Abad Pertengahan (paling sedikit abad ke-8 M), mereka yang akan segera mati dibaringkan di tanah di atas kain karung yang ditaburi abu. Imam akan memberkati orang yang lagi sekarat dengan air suci, seraya berkata, “Ingatlah bahwa engkau adalah abu dan kepada abu engkau akan kembali.” Setelah menaburkan abu, imam bertanya, “apakah engkau setuju mengenakan kain karung dan abu dalam kesaksian pertobatanmu di hadapan Maran pada hari penghakiman?” Orang yang sekarat itu menjawab, “aku setuju.” Dalam semua contoh-contoh ini, simbolisme dukacita, kefanaan dan pertobatan adalah jelas. Pada akhirnya, penggunaan abu diadopsi untuk menandai awal Puasa, 40- hari periode persiapan untuk Hari Kebangkitan. Ritual untuk “Hari Abu” ditemukan dalam edisi-edisi terawal Sakramentari Gregorian, yang paling sedikitnya penanggalan pada abad ke-8 M. (Sumber: Fr. William Saunders (February 15, 1996) “The Arlington Catholic Herald.”)
Page 8- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
Kutipan berapa hikmat pada pertobatan dari para Rabbi Yahudi sebagai berikut: Ben Sirakh 34:25-26
Ia yang membasuh dirinya sendiri setelah menyentuh tubuh orang mati, jika ia menyentuh jenazah itu lagi, apa inti pembasuhannya? Begitulah orang itu berpuasa karena dosa-dosanya, dan pergi lagi dan melakukan hal sama: siapa yang akan mendengar doanya? Atau apa manfaat perendahan hati baginya? Rabbi Adda b. Ahaba juga memberikan pernyataan yang sama:
Orang yang berdosa dan mengakui dosa-dosanya, tapi tidak bertobat bisa disamakan dengan orang yang menggendong binatang melata di tangannya, sebab meskipun ia menenggelamkan dirinya sendiri dalam semua air di seluruh dunia penenggelamannya tak berguna bagi dirinya; tapi jika ia melemparkan binatang melata itu dari tangannya kemudian segera ia menenggelamkan dirinya sendiri dalam empat puluh air,segeralah penenggelamannya menjadi efektif. (Ta'anith 16a)
Saudara-saudaraku, bukan kain karung ataupun puasa yang efektif tapi hanya pertobatan dan berbuat baik, meskipun orang-orang Niniweh kitab suci tak mengatakan:Dan Alaha melihat kain karung mereka dan berpuasa, tapi, Alaha melihat perbuatan mereka bahwa mereka berbalik dari cara perbuatan jahat mereka. (b. Ta'anith 16a) Rabbi Eliezer berkata:
Bertobatlah satu hari sebelum kematianmu. Murid-murid-Nya menanyai dia, apakah orang tahu pada hari apa ia akan mati? Kemudian semua lebih beralasan lagi kini, ia menjawab, jika ia tidak mati besok dan dengan demikian seluruh hidupnya dihabiskan dalam pertobatan. (b. Shabbath 153a)
Inilah inti dari pada Hari Abu yang kita rayakan dan mulai pada bulan 25 Februari 2015, kita melakukan ritual Hari Abu dan Berpuasa adalah merupakan eskpresi luar, tetapi batiniahnya kita melakukan pertobatan melalui perbuatan baik yang terealisasi. Kita tidak bisa hanya melakukan praktek Ritual luar saja, tetapi sekaligus Spiritual. Ibadat Jemaat Nasrani Katolik Ortodoks selalu bernuansa MONODUALISTIK (Eksoterisme dan Isoterisme) adalah bagian kesatuan integral yang tak terpisahkan.
Page 9- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:02/GNI/A/Pel.Umum/II/2015
UNTUK KALANGAN SENDIRI!!! Untuk memperbanyak MATERI PENGAJARAN GNI ini dipersilahkan untuk meminta izin tertulis:
[email protected] 0813.19190730 021.70403378 www.nasraniindonesia.org
Page 10- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015