UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK MELALUI METODE GLAN DOMAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA BUGISAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Diajukan Oleh : NAMA
: INDAH SURYANTI
NIM
: A.53B111041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
PENDAHULUAN
Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat. Penyelenggaraan sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 berfokus pada peletakan dasar-dasar pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (Megawangi, 2005:82). Maka sebaiknya pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) janganlah dianggap sebagai pelengkap saja, karena kedudukannya sama penting dengan pendidikan yang diberikan jauh diatasnya. Pentingnya mengenyam pendidikan TK juga ditunjukkan melalui hasil penelitian terhadap anak-anak dari golongan ekonomi lemah yang diketahui kurang memperoleh rangsangan mental selama masa prasekolah, ternyata pendidikan selama 10 tahun berikutnya tidak memberi basil yang memuaskan (Adiningsih, 2001:28). Beberapa tahun belakangan ini pun, banyak sekolah dasar, terutama sekolah dasar favorit yang memberikan beberapa persyaratan masuk pada calon siswanya. Sekolah ini mengadakan tes psikologi dan mensyaratkan anak sudah harus bisa membaca (Andriani, 2005:1). Dampaknya, orang tua pun meyakini bahwa sebelum masuk sekolah dasar putra-putrinya harus menguasai ketrampilan tertentu. Akhirnya mereka merasa pendidikan TK merupakan suatu prasyarat masuk sekolah dasar. Di satu sisi, membaca bukanlah tujuan yang sebenarnya dari penyelenggaraan pendidikan TK, namun di sisi lain hal ini justru menambah daftar alasan mengapa belajar membaca sejak TK itu penting. Corak pendidikan diberikan di TK menekankan pada esensi pengenalan huruf hidup bagi anak-anak, dengan memberikan metode yang sebagian besar menggunakan sistem pengenalan huruf hidup sambil belajar. Materi yang diberikan pun bervariasi, termasuk menjadikan anak siap belajar (ready to learn) yaitu siap belajar
berhitung, membaca, dan menulis (Suyanto, 2005:7). Mempersiapkan anak untuk belajar di usia ini diharapkan dapat memberi hasil yang baik, karena menurut Montessori (dalam Hainstock, 2002:103) di usia 3,5 - 4,5 tahun anak lebih mudah belajar menulis dan di usia 4-5 tahun anak lebih mudah membaca dan mengerti angka. Doman (2005:13) juga mendukung pernyataan ini, karena menurutnya waktu terbaik untuk belajar membaca kira-kira bersamaan waktunya dengan anak belajar bicara, dan masa peka belajar anak terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca (baik itu sebatas pengenalan huruf atau suku kata) sejak usia Taman Kanak – kanak atau bahkan sejak usia 3 tahun bukanlah sesuatu yang aneh atau tidak boleh dilakukan, karena yang terpenting adalah pengemasan materi serta metode yang digunakan. Membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). Mengajarkan membaca pada anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi teknik bagaimana cara mengekplorasi "dunia" manapun yang dia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya (Bowman, 1991:265). Pada tahun 1994, Neil Harvey, Ph.D. dalam bukunya "Kids Who Start Ahead, Stay Ahead" melaporkan apa yang terjadi pada 314 anak usia prasekolah (0 – 4 tahun) yang telah diajarkan membaca, matematika, kegiatan fisik, aktivitas sosial, dan berbagai pengetahuan umum lainnya. Hampir 35% dari anak - anak ini, di sekolah dikategorikan sebagai anak berbakat yang unggul dengan sangat meyakinkan dalam berbagai bidang (Doman, 2005:51). Penelitian di Negara maju pun menunjukkan sebaliknya, bahwa lebih dari 10% murid sekolah mengalami kesulitan membaca, yang kemudian menjadi penyebap utama kegagalan di sekolah (Yusuf, 2003:69). Melihat dampak yang akan dihasilkan dari kegagalan pengajaran membaca, dirasakan bahwa kemampuan membaca perlu dirangsang sejak dini. Namun, membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor-faktor tersebut datang dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta pelajaran
(Sugiarto, 2002). Faktor - faktor tersebut terkait dengan jalannya proses belajar membaca, dan jika kurang diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan membaca pada anak. Di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten anak-anak di kelompok B seharusnya sudah bisa membaca suku kata baik dengan lambang atau menyebut benda langsung tanpa ada lambangnya, sehingga anak-anak dikelompok B itu harus sudah bisa membaca lancar dengan penggabungan huruf hidup a,i,u,e,o tanpa harus menirukan guru. Namun kenyataannya yang ada dilapangan yang dijumpai oleh peneliti anak-anak di kelompok B pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten masih belum bisa untuk membaca permulaan baik dirangsang dengan gambar maupun tidak dengan gambar, dan masih harus dituntun atau dengan menirukan ucapan guru, jadi kemampuan membaca awal pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten masih jauh dari harapan peneliti. Dengan metode bermain kartu kata, yang kemudian dirangkai menjadi suku kata maka anak diharapkan dapat membaca dalam usia relatif muda dari kata yang mudah hingga kata yang sulit. Berdasarkan pengalaman mempraktekkannya dengan metode ini, anak-anak usia 4 tahun mampu menyelesiakan metode ini dalam beberapa bulan dengan cara pemberian materi secara rutin meskipun sebentar atau beberapa menit saja, dan metode ini tidak memerlukan banyak waktu karena semakin banyak waktu dikhawatirkan membosankan. Berdasarkan uraian diatas, metode kartu kata sudah banyak digunakan dikalangan Taman Kanak-Kanak dan metode ini memiliki beberapa kelebihan dalam memperbaiki dan mempercepat proses belajar membaca. Maka peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui metode kartu kata jika diterapkan pada anakanak sekolah formal sekaligus memberi anak-anak ini kesempatan untuk mengembangkan kemampuan membacanya secara optimal sesuai minat dan usianya. Berdasarkan masalah diatas permasalahan, identifikasi masalah sebagai berikut : (1.) Kemampuan membaca permulaan dalam satu kelas
masih kurang. (2.) Pembelajarang membaca merupakan pembelajaran yang penting dalam mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan dasar yang lebih tinggi. (3.) Masih banyak anak yang belum bisa membaca permulaan sehingga pembelajaran terganggu. Supaya tidak terjadi pemahaman yang keliru dalam penelitian ini maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut : (1.)Membaca dibatasi dalam hal mengenal huruf abjad a-z yang digabung dengan huruf vokal (2.)
Media kartu kata dibatasi pada kartu kata yang
bergambar sehingga anak dapat dengan mudah mengingat huruf yang dipelajarinya. Uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran dengan metode bermain kartu kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten Tahun Pelajaran 2013 / 2014 ? Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut : Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui metode bermain kartu kata pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Peneliti berharap tindakan kelas ini dapt bermanfaat bagi temen-teman guru lainnya dan masyarakat pada umumnya di antaranyan: (a.) Diperoleh pengetahuan baru tentang pembelajaran membaca permulaan melalui metode bermain kartu kata bagi anak kelompok B TK ABA Bugisan Prambanan Klaten. (b.) Diperolehnya dasar penelitian berikutnya. (c.) Terjadinya pergeseran dari paradigma mengajar menuju paradigma belajar yang mengutamakan proses untuk mencapai hasil belajar.
METODE PENELITIAN Setting penelitian tindakan kelas ini meliputi, tempat penelitian dan waktu penelitian, sebagai berikut : (1.) Tempat Penelitian, Tempat penelitian dilakukan di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten. TK ini berdiri di tanah yang merupakan kas desa. Luas bangunan TK sekitar 22 x 27 meter. Alasan peneliti menggunakan tempat ini karena peneliti bekerja di
TK tersebut
sehingga peneliti dengan mudah memperoleh data yang lebih lengkap juga
waktu yang lebih lama dalam penelitian. (2.) Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2013 - 2014 pada semester I, dan penelitian ini akan memakan waktu kira-kira 12 hari pelajaran. Subjek penelitian pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten adalah anak didik kelompok B yang berjumlah 14 anak didik. Yang terdiri dari 4 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Guru kelas kelompok B berjumlah 1 orang. Instrumen adalah alat bantu digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat bantu penelitian yaitu : chek list dan catatan lapangan. Chek list dipilih peneliti karena menurut Arikunto ( 2006:163 ) merupakan instrumen yang sesuai dengan metode observasi. Sedangkan catatan lapangan digunakan oleh peneliti karena dapat dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi (Arikunto, 2007:78). Lembar observasi peningkatan kemampuan belajar permulaan adalah data hasil pelaksanaan kegiatan membaca anak yang sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Penyusunan lembar observasi dilakukan dengan menjabarkan indikator kedalam butir-butir amatan yang memaparkan tentang pencapaian dari indikator yang akan dilaksanakan anak dalam kegiatan membaca. Analisis
Data
adalah
proses
menyeleksi,
menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstaksikan, mengorganisasikan data secara sistemetis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan seseautu instrument (Arikunto, 2006:168). Validitas yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya (http://violetatniyamani.blogspot.com/). Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Sedangkan instrumen pengukuran yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Kesimpulan dari pengertian validitas diatas bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat oleh peneliti maka digunakan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas yang diperoleh. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (http://remenmaos.blogspot.com/). Penelitian ini memanfaatkan pengamatan dari guru, pengamatan dan anak dan pengamatan dari peneiiti. Dengan membandingkan hasil pengamatan dari guru, anak, dan peneliti, maka peneliti dapat menganalisis data yang diperoleh dan dapat menguji kebenaran dari datayang diperoleh. Data observasi yang sudah terkumpul akan diolah peneliti dengan langkah-langkah sebagai berikut :(1.) Memberi nilai / skor adalah memberi nilai / skor pada setiap butir amatan yang terdapat tanda check ( √ ) sesuai ketentuan sebagai berikut: (a.) Apabila anak dapat menguasai butir amatan yang ada pada kolom, maka peneliti akan mencantumkan tanda check ( √ ) pada kolom butir amatan sesuai nomer butir amatan yang dikuasai. (b.) Apabila anak tidak dapat menguasai butir amatan yang ada pada kolom, maka peneliti akan mengosongkan kolom butir amatan. (c.) Setiap tanda check ( √ ) yang muncul mempunyai skor 1, jadi jika anak menguasai semua butir amatan, anak akan mendapat total skor 12. (2.) Membuat tabulasi skor adalah membuat tabulasi skor observasi tentang motivasi belajar membaca anak yang terdiri dari nomer, nama anak, butir amatan, jumlah skor/nilai butir amatan yang dikuasai anak. Bentuk tabulasi skor tersebut
Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan observasi kegiatan guru pada siklus II didapatkan hasil yang
menunjukkan
peningkatan
dalam
proses
pembelajaran
dalam
menyampaikan materi membaca permulaan dengan metode bermain kartu kata. Setelah dilaksanakan pembelajaran membaca permulaan dengan bermain kartu kata terlihat respon anak di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten tahun pelajaran 2013/2014 sangat baik, yaitu anak terlihat lebih tertarik dan berminat dalam pembelajaran dan anak lebih aktif dan antusias dalam bertanya dan bekerja sama dengan temannya. Tidak terlihat lagi anak yang kurang memperhatikan pembelajaran, ramai sendiri, dan mengobrol sendiri seperti pada kondisi awal. Dengan menggunakan kartu kata, anak lebih suka untuk media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran konstruktif balok pada anak. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu kata. Pada pra siklus ketuntasan anak dalam membaca permulaan saat pembelajaran sebanyak 4 anak atau 25%, pada siklus I putaran I dengan menggunakan media kartu kata yang baik 6 anak atau 57%, siklus I putaran kedua yang baik 8 anak atau 67%. Dengan menggunakan media kartu kata ketuntasan anak dalam membaca permulaan saat pembelajaran di siklus II putaran I ada 10 anak 71%, siklus II putaran kedua yang tergolong baik ada 12 anak atau 75%. Berdasarkan peningkatan setiap siklus maka dapat disimpulkan bahwa media kartu kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggani Sudono (2000:7) yang mengatakan bahwa permainan yang digunakan oleh anak untuk memenuhi naluri dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak melalui berbagai metode salah satunya bermain kartu kata. Pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran telah ada kemajuan pada semua kegiatan sehingga evaluasi dan refleksi telah diterapkan oleh guru
dengan baik. Pada siklus II dapat dikatakan bagus karena telah berhasil meningkatkan persentase keberhasilan belajar anak karena telah memenuhi target ketuntasan belajar anak sebesar 75% sehingga pembelajaran dapat dikatakan berhasil pada siklus II ini. Dengan demikian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru dalam usaha meningkatkan kemampuan membaca permulaan setelah menggunakan media kartu kata siklus II dapat dikatakan bagus karena telah berhasil meningkatkan persentase ketuntasan belajar anak karena telah memenuhi target belajar anak sebesar 75% sehingga pembelajaran dapat dikatakan berhasil pada siklus II ini. Berdasarkan Sanjaya (2006:107) bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya 75% peserta didik terlibat secara aktif, antusias, motivasi baik secara fisik, mental, ataupun sosial selama proses pembelajaran. Selain itu, anak didik juga harus menunjukkan kegairahan tinggi terhadap pembelajaran. Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya terdapat 75% anak didik yang mengalami perubahan positif dan output yang bermutu tinggi. Berdasarkan keberhasilan penelitian ini melalui siklus I dan siklus II dengan menggunakan media kartu kata, maka hipotesis yang mengatakan Peningkatan membaca permulaan dalam mengenal kata pada anak kelompok B di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2013/2014 terbukti kebenarannya.
Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut : (1.) Dalam
menerapkan
permainan
untuk
meningkatkan kemampuan membaca permulaan TK ABA Bugisan Prambanan Klaten melalui metode bermain kartu kata ini berguna untuk bersosialisasi, dan merangsang kemampuan membaca permulaan anak. 2. Hasil Penelitian (a.) Pada kondisi awal dengan menggunakan pengamatan pada saat anak
belajar di kelas, terlihat anak tidak semangat. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa kemampuan membaca permulaan anak hanya mencapai 42% atau 10 anak yang kemampuan membaca permulaan baik 2,5% atau 4 anak. (b.) Pada siklus I putaran pertama hasil kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata dari 16 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 7 anak atau 15% dan yang tidak tuntas sebanyak 11 anak atau 46%. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 12% dari sebelum tindakan yang hanya mencapai 40%. Pada siklus I putaran kedua hasil membaca permulaan dengan media kartu kata dari 7 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 16 anak atau 64% dan yang tidak tuntas sebanyak 2 anak atau 13 %. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 12% dari siklus I putaran pertama yang hanya mencapai 52%. (c.) Pada siklus II putaran pertama hasil kemampuan membaca permulaan dengan media kartu kata dari 16 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 10 anak atau 62% dan yang tidak tuntas sebanyak 1 anak atau 6,2%. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 18% dari I putaran kedua yang hanya mencapai 43%. Pada siklus II putaran kedua hasil kemampuan membaca permulaan dengan media kartu kata dari 16 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 15 anak atau 92% dan yang tidak tuntas sebanyak 1 anak atau 8 %. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 20% dari siklus II putaran pertama yang hanya mencapai 72%. Hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II putaran kedua sebesar 92% dan rata-rata kemampuan membaca permulaan sebesar 84 diatas 84% menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II putaran II telah berhasil. (3.) Berdasarkan keberhasilan pembelajaran melalui siklus I dan siklus II dengan menggunakan media kartu kata, maka hipotesis yang mengatakan “Melalui Media Kartu Kata dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kelompok B di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014 terbukti kebenarannya. Media kartu kata merupakan suatu cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk permainan dari guru kepada anak didik dan berfungsi untuk membantu perkembangan bahasa dan befikir anak serta memotivasi anak untuk cinta menghitung. Media kartu kata adalah
salah satu media pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik atau psikis anak TK sesuai dengan tahap perkembangan (Dhiene, 2005:50). Manfaat yang dapat diambil dari media kartu kata di Taman KanakKanak adalah melatih daya tangkap, dan daya pikir, daya konsentrasi, membantu perkembangan fantasi atau daya imajinasi bagi anak, menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrap di ruang kelas, mengembangkan perbendaharaan angka anak. Bentuk penyajian proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah terpadu antara bidang pengembangan satu dengan lainnya. Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu dengan adanya pembelajaran terpadu maka pengembangan metode yang bervariasi dapat membantu pencapaian tujuan materi pembelajaran. Dari uraian di atas tentang kartu kata dalam bab ini dapat dikatakan bahwa media kartu kata dapat mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten. Hal ini dikarenakan pertama media kartu kata pada umumnya lebih berkesan dari pada menyebutkan angkanya saja, sehingga pada umumnya media kartu kata terekam jauh lebih kuat dalam memori anak. Kartu angka dapat dipraktekkan sendiri sehingga bisa diingat secara utuh selama berpuluh-puluh tahun kemudian. Kedua, melalui media kartu kata anak diajar untuk mengambil hikmah dari permainan tadi yang untuk kemudian menirukan sendiri baik dirumah maupun waktu mempraktekkan bermain dengan temannya.
DAFTAR PUSTAKA Dhieni, Nurbiana. (2005). Materi Pokok Metode Pengembangan Bahasa.Jakarta : Universitas Terbuka. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen Pendidikan Luar. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. 2010. Departeman Pendidikan Nasional (2007). Pedoman Pembelajaran Persiapan Membaca dan Menulis Permulaan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdinas. Departeman Pendidikan Nasional, (2008). Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia Semarang : CV. Pelajar Pantai Utara. Iswari, Arhana, (2010). Belajar Membaca dan Menulis Permulaan. Klaten : PT. Intan Pariwara. Masitog. (2005). Materi Pokok Strategi Pembelajaran TK. Jakarta Terbuka.
:
Universitas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009. Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdinas. Rimy, Yoko. (2009). Diklat Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta : LPMP. Sanjaya, Wini, (2011). Penelitian Tindakan Kelas.. Jakarta : Kencana Muda Group. www. Kartu Bergambar. Com.