2
2. Mengetahui waktu timbulnya dan lamanya estrus pada setiap perlakuan penyuntikan yang berbeda. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan akan mempermudah dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan perkawinan pada ternak.
TINJAUAN PUSTAKA Profil Kambing Peranakan Etawah Kambing peranakan etawah (PE) merupakan hasil persilangan kambing etawah yang berasal dari Jamnapari India dengan kambing lokal jawarandu atau kambing kacang. Kambing PE ini dikembangbiakkan di daerah perbukitan Menoreh sebelah barat Yogyakarta dan di Kaligesing, Purworejo. Kambing PE memiliki berbagai keunggulan diantaranya penghasil susu, daging, pupuk dan kulit. Menurut Aziz (2011) pada masa laktasi kambing PE mampu menghasilkan 0.8–2.5 liter/hari Sedangkan menurut Budiarsana dan Sutama (2001a)1.5-3.5 liter/hari. Bobot badan kambing PE jantan dewasa antara 65–90 kg dan yang betina antara 45–70 kg. Ciri khas kambing PE adalah postur tubuh tinggi, untuk ternak jantan dewasa tinggi gumba atau pundak 90–110 cm (Gambar 1) dan betina 70–90 cm (Gambar 2). Kaki panjang dan bagian paha ditumbuhi rambut panjang, bagian atas hidung tampak cembung, telinga panjang (25-40 cm) terkulai ke bawah, serta warna rambut umumnya putih dengan belang hitam atau coklat tetapi ada juga yang polos putih, hitam atau coklat (Anonim 2011).
Gambar 1 Kambing peranakan etawah jantan
3
Gambar 2 Kambing peranakan etawah betina Siklus Estrus pada Kambing Peranakan Etawah Pada kambing PE, pubertas yang ditandai dengan estrus pertama terjadi pada umur 6-12 bulan dan dikawinkan setelah umur 1 tahun mengingat organ reproduksi belum sempurna. Pada masa estrus, disertai juga ovulasi (Mulyono 2005). Lindsay et al. (1982) berpendapat bahwa ovulasi merupakan suatu proses keluarnya sel telur dari ovarium akibat rupturnya folikel yang matang. Lamanya estrus atau durasi estrus hanya terjadi beberapa saat, yaitu sewaktu hormon estrogen pada puncaknya (24-48 jam). Siklus estrus merupakan terjadinya estrus ke estrus berikutnya (Mulyono 2005). Menurut Hafez dan Hafez (2000) panjangnya satu siklus estrus berbeda pada setiap spesies. Pada sapi, babi dan kambing memerlukan waktu 20 sampai 21 hari. Menurut Mulyono (2005) kambing memiliki jumlah ovum 2-3 buah per siklus. Perubahan sirkulasi hormon dan ovarium selama siklus estrus dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3
Perubahan relatif pada tingkatan sirkulasi hormon dan perubahan ovarium selama siklus estrus (Hafez dan Hafez 2000)
Menurut Hafez dan Hafez (2000), estrus dikarakterisasi oleh tingginya kadar estrogen yang bersirkulasi. Endometrium mengalami kenaikan ekspresi dari estrogen receptor (ER) dan progesterone receptor (PR). Folikel yang telah mengalami ovulasi akan berubah menjadi corpus hemoragikum (CH) dan secara perlahan berubah menjadi CL yang merupakan sebuah kelenjar endokrin
4
sementara yang dibentuk dari dinding folikel de Graff setelah mengeluarkan ovum, melalui berbagai mekanisme kompleks yang meliputi morfologi dan perubahan biokimia (Sangha et al. 2002). Siklus estrus secara umum dibagi menjadi 4 fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Berdasarkan perubahan-perubahan dalam ovarium, siklus estrus dapat dibedakan menjadi 2 fase yaitu fase folikel meliputi proestrus dan estrus, serta fase luteal meliputi metestrus dan diestrus (Mulyono 2005).
Gambar 4 Perubahan respon hormon pada endometrium selama siklus estrus (Hafez dan Hafez 2000) Gambar 4 menunjukkan respon hormon pada endometrium selama siklus estrus. Jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesteron di endometrium tinggi antara estrus hingga hari ke 12 selama siklus. Progesteron mempengaruhi endometrium uterus mengeluarkan PGF2α dalam jumlah yang sangat sedikit dan ternyata lebih intensif untuk stimulasi estrogen atau oksitosin yang disebut dengan progesterone block. Pada hari ke 14, jumlah paparan progesteron mengalami penurunan terhadap reseptor progesteron sehingga terjadi kenaikan ekspresi dari reseptor estrogen dan disebut estrogen dominance. Hal ini menyebabkan sintesis reseptor oksitosin meningkat di endometrium, sehingga endometrium menjadi sensitif terhadap oksitosin. Stimulasi oksitosin dimediasi terus oleh kenaikan reseptor oksitosin di endometrium. Reseptor oksitosin berperan merubah asam arachidonic menjadi prostaglandin dan menghasilkan pengeluaran dan luteolisis PGF2α secara berkala (Hafez dan Hafez 2000). Kambing betina mengalami berahi dapat dilihat dari beberapa tanda diantaranya vulva mengalami oedema, kemerahan, dan sering mengeluarkan lendir, tingkah laku libido meningkat, selau gelisah, mengembek (ribut) terus; nafsu makan turun; ekor selalu digerak-gerakkan serta diam saat dinaiki oleh pejantan. Pergerakan ekor pada betina adalah suatu tanda yang pasti dari timbulnya berahi (Tomaszewska et al. 1991). Sinkronisasi Estrus Sinkronisasi estrus merupakan upaya untuk menyerentakkan estrus pada hewan betina dengan memanipulasi hormon reproduksinya agar hewan mengalami estrus secara bersamaan pada hari yang relatif sama sekitar 2-3 hari. Manfaat lain dari sinkronisasi estrus, peternak dapat mengatur pola produksi hewan dengan mengatur perkawinan, penyapihan, serta penjualan ternak sesuai dengan berat dan umur yang dikehendaki. Selain itu sinkronisasi estrus digunakan
5
untuk mengatasi permasalahan aplikasi inseminasi buatan menuju ke optimalisasi hasil konsepsinya (Yudhie 2009). Prinsip sinkronisasi estrus adalah dengan memperpanjang atau memperpendek daya hidup CL (Hafez dan Hafez 2000). Menurut Drion et al. (2001), pada kambing dan domba, induksi estrus atau sinkronisasi dan super ovulasi paling umum menggunakan gonadotropin.Yudhie (2009) berpendapat bahwa siklus estrus dapat diperpanjang dengan pemberian progesteron. Menurut Booth dan McDonald (1982) progesteron dihasilkan dari sel luteal dari CL. Meskipun demikian, progesteron dapat juga diisolasi dari kelenjar adrenal dan plasenta dibeberapa hewan. Selain itu progesteron atau progestagen (fluorogestone acetate, medroxy progesterone acetate atau norgestomet) bekerja dengan memperpanjang daya hidup dari CL (Drion et al. 2001). Progesteron berfungsi untuk menjaga kebuntingan. Mekanisme aksi dari progesteron berada di uterus yang menyebabkan myometrium menjadi tenang dan menyebabkan kelenjar endometrium mensekresikan uterine milk (Booth dan McDonald 1982). Mekanisme kerja progesteron dalam sinkronisasi estrus adalah dosis besar progesteron yang diberikan dapat menghambat pengeluaran GnRH dan gonadotropin pada kelenjar pituitary (Booth dan McDonald 1982). Pencegahan pelepasan hormon gonadotropin (LH dan FSH) dapat mencegah timbulnya estrus, sehingga apabila implant progesteron dicabut akan menyebabkan hormon gonadotropin diproduksi dalam jumlah banyak yang dapat menstimulasi mitosis dari sel granulosa dan pembentukan cairan folikuler dalam proses folikulogenesis. Folikel-folikel yang matang akan mengeluarkan estrogen (Hafez dan Hafez 2000). Kenaikan konsentrasi estrogen menyebabkan hewan menunjukkan tingkah laku estrus (Zanetti et al. 2010) yang disertai ovulasi 48-72 jam berikutnya (Hafez dan Hafez 2000). Progesteron dapat diaplikasikan melalui rute injeksi, oral, dan implant dengan syarat hewan tidak dalam keadaan ovulasi maupun estrus (Lindsay et al., 1982). Romano (2004) berpendapat bahwa pada kambing, fluorogestone acetate (FGA) dan medroxyprogesterone acetate (MAP) yang diaplikasikan implant intravaginal lebih efektif digunakan untuk sinkronisasi estrus. Progesteron lainnya yang dapat digunakan untuk sinkronisasi estrus adalah controlled internal drug release (CIDR), CIDR-B dan CIDR-G. Metode lain yang digunakan adalah mempercepat siklus estrus dengan memperpendek daya hidup CL, salah satunya dengan pemberian prostaglandin yang bekerja saat hewan dalam fase luteal (Martemucci dan D’Alessandro 2011). Jenis prostaglandin yang digunakan untuk melisiskan CL adalah PGF2α. Prostaglandin yang diberikan akan segera melisiskan CL dan diharapkan dalam waktu 2-3 hari CL akan lisis dengan sempurna dan estrus akan terjadi (Yudhie 2009). Pendapat lain mengatakan bahwa estrus akan terjadi secara serentak dalam waktu 2-4 hari setelah pemberian PGF2α (Booth dan McDonald 1982). Pada metode penyuntikan dapat dilakukan dengan sekali suntik maupun dua kali suntik (double injection) dengan interval waktu 11-12 hari (Yudhie 2009). PGF2α yang diinjeksikan saat sinkronisasi akan berinteraksi dari sel ke sel kemudian masuk ke pembuluh darah dan mengikuti aliran darah hingga sampai pada pembuluh darah uteroovarian. PGF2α menyebabkan luteolisis melalui konstriksi pembuluh darah uteroovarian sehingga darah yang dialirkan jumlahnya sedikit, sebagai akibatnya terjadi iskemia dan starvasi (Booth dan McDonald,
6
1982). Starvasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan asupan energi dan unsur-unsurnutrisi essensial yang diperlukan sel sehinggamengakibatkan terjadinya perubahan perubahan proses metabolisme unsur-unsur utama di dalam sel (Syahputra 2003). Iskemia dan starvasi di sel luteal menyebabkan terjadinya regresi CL dan hewan akan menunjukkan gejala estrus (Booth dan McDonald 1982).
Hormon Prostaglandin Menurut Hafez dan Hafez (2000) prostaglandin pertama kali diisolasi dari cairan kelenjar aksesoris alat kelamin, dinamakan prostaglandin karena awalnya dikumpulkan dari kelenjar prostat.Seluruh prostaglandin dibentuk dari 20 karbon yang terdiri dari asam lemak tak jenuh dengan sebuah cincin siklopentana. Asam arakhidonat yang merupakan asam lemak essensial adalah prekursor prostaglandin yang erat hubungannya dengan sistem reproduksi yang terdiri dari PGF2α dan prostaglandin E2(PE2). Menurut Booth dan McDonald (1982), nama PGF dikarenakan zat tersebut terdiri dari fosfat dan nama PGE karena terdiri dari eter. Pada PGF terdapat kelompok hidroksil pada posisi C9, sedangkan pada PGE terdapat keton pada posisi C9. PGF2α terdapat ikatan rangkap dua. Prostaglandin jenis ini merupakan hormon penting pada sistem reproduksi hewan. Sruktur PGF2α dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Struktur kimia dari PGF2α (Hafez dan Hafez 2000) Sebagian besar prostaglandin bekerja lokal dan berinteraksi dari sel ke sel. Tidak seperti hormon yang lainnya, prostaglandin tidak terlokalisasi pada jaringan khusus. Prostaglandin dialirkan melalui darah menuju target di organ reproduksi. (Hafez dan Hafez 2000). Perbedaan mekanisme kerja antara PGF2α dan PGE2. PGF2α bersifat luteolitik dan PGE2 bersifat luteoprotektif namun keduanya sama-sama dihasilkan di endometrium (Blitek et al. 2010). Menurut Hafez dan Hafez (2000) PGF2α berperan dalam rupturnya CL dan PGE2 berperan dalam pembentukan kembali CL, terutama dalam pembentukan CL. Mekanisme aksi PGF2α dalam melisiskan CL dapat dilihat pada Gambar 6
7
Gambar 6 Vaskularisasi utero-ovarian pada kambing dan rute perjalanan PGF2α (Peters et al. 1980., diacu dalam Hafez dan Hafez 2000) Dalam siklus reproduksi normal, CL dapat mempengaruhi uterus untuk menghasilkan zat luteolitik yang dapat melisiskan CL kembali. Zat luteolitik yang dihasilkan oleh endometrium dari uterus ini adalah PGF2α yang masuk ke dalam vena uterina menuju ke ovarium. PGF2α ditemukan dalam darah vena uterina dalam konsentrasi tinggi pada hari ke-15 dari siklus berahi (Hardjopranjoto 1995). PGF2α menyebabkan luteolisis melalui konstriksi pembuluh darah uteroovarian sehingga darah yang dialirkan jumlahnya sedikit akibatnya terjadi iskhemia dan starvasi di sel luteal. Pendapat lain mengatakan bahwa kemungkinan aktivitas PGF2α bertentangan langsung dengan sintesis progesteron (Booth dan McDonald 1982).
METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Juli 2011 sampai tanggal 12 Agustus 2011. Tempat penelitian adalah Kawasan Pengembangan Pertanian Terpadu di Hambalang Bogor.
Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah apron, tisu, kapas dan syringe. Bahan-bahan yang dipakai untuk penelitian ini adalah preparat hormon prostaglandin dengan merek Noroprost® dan alkohol.